Mahasiwa KKN Tematik Undip 2020 Kembangkan APD Headbox dan Ventilatord
Semarang— Mahasiswa KKN tematik pencegahan penyebaran Covid-19 Universitas Diponegoro divisi headbox/ventilator berhasil membuat headbox oksigen dan sedang dalam proses pengembangan ventilator serta stretcher box, Jumat (15/5).
Proses produksi APD ini dibimbing langsung oleh Dr. Rifky Ismail, ST., MT., ketua Pusat Unggulan Iptek Teknologi Kesehatan (PUITK) CBIOM3S, sebagai pelopor pengembangan headbox dan ventilator di Universitas Diponegoro, dan dr. Satrio Adi Wicaksono, Sp.An., dokter spesialis anestesi Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND).
“Ventilator kami sudah menyelesaikan satu prototype alpha yang sudah diuji kinerjanya berhasil memompa udara. Kami juga sudah menguji di ICU Rumah Sakit Kariadi tentang kinerja alat ini dan mendapatkan apresiasi yang baik dari Kariadi. Dan saat ini kami masih mencoba membuat ventilator versi beta, prototype yang kedua,” jelas Rifky Ismail selaku penanggung jawab divisi headbox/ventilator dalam wawancara via Whatsapp, Kamis (14/5).
Sejumlah 23 mahasiswa divisi headbox/ventilator dibagi ke dalam 2 tim, yakni tim headbox dan tim ventilator, hingga saat ini baru bisa memproduksi headbox dikarenakan stretcher box masih pada tahap konsep dan untuk pembuatan ventilator masih terhambat kebutuhan biaya produksi yang cukup tinggi.
“Untuk saat ini divisi headbox sudah membuat 4 buah headbox, itu rencananya akan disalurkan ke Rumah Sakit Elizabeth. Kemudian untuk stretcher box kita lagi proses desain dan ini sedang proses akan mengukur dimensi stretcher di RSND. Lalu kalau ventilator kita udah ada desainnya, tinggal nunggu dana dari penggalangan,” kata Ahmad Mulyadi, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, koordinator divisi headbox/ventilator, Jumat (15/5).
Produksi APD ini tidak memiliki target khusus, melainkan menunggu pesanan dari rumah sakit yang membutuhkan alat tersebut, sehingga jumlah produksi disesuaikan permintaan yang ada. Dalam pembuatannya, desain untuk headbox dan ventilator telah dibuat oleh PUITK CBIOM3S, sedangkan untuk stretcher box desainnya dibuat sendiri oleh mahasiswa divisi headbox/ventilator dan masih dalam proses pengembangan.
Mulyadi dan Rifky mengaku tidak memiliki kesulitan dalam proses produksi APD. Rifky mengungkapkan bahwa kesulitan dari membuat suatu alat teknologi kesehatan adalah ketika hendak menembus perizinan dari kementerian kesehatan yang memiliki tahap-tahap tertentu. Sedangkan dari sisi mahasiswa, Mulyadi mengatakan tantangan mereka adalah mencapai target dana untuk bisa melakukan produksi.
“Harapannya adik-adik yang KKN bisa mendapatkan dana dan bisa mencoba memproduksi paling tidak 1 buah stretcher box sebagai bentuk karya mereka di KKN. Untuk ventilator harapannya bisa diuji secara keseluruhan sesuai dengan standar alat kesehatan yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk ke depannya kita berharap pengembangan ini bisa menjadi produk komersial yang bisa sampai di masyarakat,” kata Rifky.